
Sulbar99.com-Thio, kakek usia 72 tahun keturunan Tionghoa seorang diri berangkat menuju Surabaya dari Makassar untuk menemui saudaranya di Surabaya. Kakek yang tinggal di sekitar jalan Maccini Raya Makassar tersebut nekad berangkat menerobos antrian padat lautan manusia yang berdesak-desakan dengan dua koper besar dilengannya, tanpa ditemani anaknya, Senin, 3/6/2019.
Kulit keriput, jalan yang sudah tak berimbang lagi menghiasi langkah kakek Thio dalam menerobos lautan manusia yang rawan dengan desakan dan dorongan. Untunglah, sejumlah penumpang kapal KM. Tidar yang ikut dalam antrian masih memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi. Kakek Thio selalu diberi jalan dan dua kopernya dibantu angkat oleh penumpang lain di pelabuhan tersebut.

Pengab, keringat, itulah yang dialami kakek Thio ketika sejumlah penumpang kapal KM. Tidar memasuki ruang tunggu Anging Mammiri. Meski jalannya tertatih dan sesekali hampir jatuh karena kakek Thio ini sepertinya pernah terserang stroke sehingga dua kakinya tidak mampu lagi mengimbangi kekuatan tubuhnya. Ruang tunggu Anging Mammiri yang terletak di Pelabuhan Makassar tak mampu menampung kapasitas penumpang yang membludak menjelang H-1 lebaran.
Padahal, penumpang di ruang tunggu itu hanya dikhususkan untuk penumpang KM. Tidar yang telah ditentukan jadwal keberangkatannya. KM Tidar molor enam jam dari jadwal yang tercantum di tiket pelni. Jadwal keberangkatan yang tercantum dalam tiket pelni itu adalah jam 15.00, namun kapal baru berangkat meninggalkan Pelabuhan Makassar sekitar pukul 21.00 Wita. Diperkirakan, manusia di ruang tunggu ketika menanti bersandarnya KM Tidar dari Bau-bau sekitar 3ribuan atau entah berapa karena tidak dihitung secara ilmiah satu persatu, belum lagi penumpang yang belum sempat masuk di ruang tunggu.

Penumpang di ruang tunggu tiba-tiba berdiri semua ketika mendengar informasi bahwa pintu keluar segera dibuka, kakek Thio pun tak ketinggalan. Ketika penumpang memadati pintu keluar yang belum juga terbuka, disitulah padatnya antrian. Beberapa menumpang memanggul kardus, koper dengan posisi berdiri tanpa jalan, sebab pintu belum juga terbuka. Teriakan dan histeris kekecewaan nampak pada sejumlah penumpang yang terlanjur berdiri berdesakan di pintu keluar ketika mendengar informasi bahwa pintu keluar segera dibuka, kakek Thio pun tak ketinggalan. Ketika penumpang memadati pintu keluar yang belum juga terbuka, disitulah padatnya antrian. Beberapa penumpang memanggul kardus, koper dengan posisi berdiri tanpa jalan, sebab pintu belum juga terbuka. Teriakan dan histeris kekecewaan nampak pada sejumlah penumpang yang terlanjur berdiri berdesakan di pintu keluar dengan panjang antrian sekitar 40 meter.
Sesekali penumpang yang tidak sabar mengeluarkan cacian dan makian kepada petugas yang menjurus provokasi. Untunglah, Kakek Thio tak masuk dalam barisan itu, sebab jika dirinya ada dalam antrian yang berdesakan manusia tanpa ada ruang gerak sama sekali itu, mungkin saja Kakek Thio akan pingsang. Setelah sempat ricuh beberapa menit, akhirnya petugas membuka pintu keluar dan plong, para penumpang berhamburan keluar seperti baru menemukan sesuatu yang sangat menyenangkan. Untunglah ada seorang penumpang yang baik hati menemani dan mengangkat koper kakek Thio yang tampak sudah keok akibat penantian yang begitu panjang. (Bersambung) (***)