
SULBAR99.COM-MAJENE, Sekumpulan pohon Bakau (Mangrove) di lingkungan Tanangan Kecamatan Banggae yang dulunya sangat rimbun dan lebat, kini hanya menyisakan dua pohon bakau saja, Rabu (9/10/2019).
Salah seorang warga lingkungan Garogo yang berbatasan dengan lingkungan Tanangan, Ikhsan, menyebutkan, dulu, sekitar tahun 90-an, hutan mangrove di perbatasan Tanangan Garogo ini dulunya menjadi tempat sejumlah satwa laut berlindung dan berkembang biak.

“Dulu, banyak sekali disitu kepiting laut, berbagai spesies ikan seperti ikan Bakau, Berres Limbong, spesies Kerang, Ikan Ondokkoa dan banyak lagi yang hidup disitu,”ungkap Ikhsan.
Sekadar diketahui, hutan Mangrove merupakan hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau. Hutan bakau terletak di garis pantai dan dipindahkan oleh pasang-surut udara laut. Kondisi ini, membuat tumbuhan yang hidup di hutan bakau menjadi unik, karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di daratan dan di laut.
Salah satu manfaat Hutan Bakau selain sebagai tempat hidup satwa, Bakau juga dapat menghalau dan memecah gelombang besar seperti Tsunami.
Saat ini, lanjut Ikhsan, hutan bakau yang dulunya sangat lebat dan dihuni berbagai spesies satwa itu hampir hilang.” Hanya menyisakan dua sampai tiga pohon bakau saja,”tambahnya.
Salah satu sebabnya, lanjut Ikhsan, sejumlah warga melakukan pengrusakan dan penebangan pohon tersebut untuk digunakan kayunya sebagai bahan bakar. Ada juga yang memanfaatkan sebagai pewarna Jala bahkan akar Bakau yang tumbuh tunggal dimanfaatkan sebagian warga untuk membuat miniatur perahu sandeq kecil.
Sekitar tahun 2.000-an, tambah Ikhsan, pernah ada upaya masyarakat untuk melakukan penanaman kembali bakau di sekitar situ, namun tak lama kemudian puluhan bibit bakau yang masih berupaya tumbuh itu mati dan hancur. “Ada proyek Daerah pembuatan tanggul Pemecah Ombak yang mematikan semua bibit bakau disitu,”ungkap Ikhsan kesal.
Olehnya itu Ikhsan menyarankan dan menghimbau kepada masyarakat agar kembali melakukan penanaman bakau secara sukarela dan ikhlas. “Manfaatnya sangat besar. Setidaknya jika terjadi bencana tsunami, gelombang tsunami yang besar itu bisa terpecah sehingga menyelamatkan banyak orang,” pungkas Ikhsan. (Ih)