Oleh : Alhati Azzahra
Dari : SMAN 1 MAJENE
Pada masa sekarang ini muncul beberapa lembaga pendidikan di Indonesia. Sehingga, setiap putra-putri, generasi penerus bangsa lebih mudah mengeyam pendidikan yang berkualitas. Bahkan, dengan di bukanya program RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) memudahkan para pelajar untuk berkancah di dunia internasional. Bukan hanya itu, pelajar yang kurang mampu juga bisa mengikuti program ini. Otomatis, tingkat intelektualitasnya pun terbilang unggul.

Namun, banyak pelajar maupun mahasiswa yang tinggal di daerah pedesaan maupun perkotaan melakukan perbuatan amoral dan tidak berpendidikan. Misalnya, kasus narkoba, perzinaan, korupsi dan yang lainnya. Bahkan di Manado ada seorang siswa SMK yang menikam gurunya hingga tewas, Naudzubillah. Siswa yang berinisial F tersebut tak terima dirinya ditegur saat merokok di lingkungan sekolah. Pelaku tersinggung dan merasa emosi kemudian dia menikam korban dengan pisau yang diambil dirumahnya.Tidak hanya sampai disitu saja, masih banyak lagi kasus siswa yang melakukan kekerasan terhadap guru.
Harus diakui bahwa problem pendidikan yang terus saja bermunculan tak lepas dari akar masalah yang melingkupinya. Masalah karakter dan moral masih menjadi PR besar. Sistem sekuler yang menafikkan peran Tuhan dalam kehidupan. Generasi semakin jauh dari Islam. Selain itu, kebanyakan orang memposisikan Barat sebagai acuan sumber pendidikan dunia, termasuk pendidikan Islam. Seorang mahasiswa dianggap hebat dan cerdas jika dia dapat menjalani study di beberapa universitas terkemuka di barat. Padahal universitas-universitas tersebut lebih menekankan pada kemampuan intelektual dan kemampuan emosional bukan kepada kemampuan spiritual, baik hubungannya kepada Allah maupun kepada sesama manusia.
Inilah yang sekarang terjadi di tengah masyarakat modern. Orang tua lebih banyak mendidik putra-putrinya untuk terus meningkatkan intelektualitas disekolah baik pelajar maupun mahasiswa. Salah satu caranya yaitu mengikuti les privat setiap mata pelajaran serta mata kuliah yang bersifat umum. Sedangkan pelajaran yang bersifat keagamaan dikesampingkan begitu saja, misalnya pendidikan agama islam, fiqh muamalat,dan lain-lain. Apalagi orang tua juga kurang memperhatikan kegiatan keagamaan anaknya, seperti sholat, mengaji, dan masih banyak lagi. Padahal, ketinggian tingkat intelektualitas tidak menjamin kesuksesan seseorang dalam hidupnya. Meski demikian, mereka berlomba-lomba untuk melakukannya meskipun harus mengesampingkan akhlak.
Sistem pendidikan berbasis sekularisme hanya memproduksi manusia-manusia bebas nilai dan manusia sekuler tanpa pondasi. Sistem ini hanya mengajarkan arti kebahagiaan sebatas nilai materi. Alhasil lahirlah generasi tanpa iman dan krisis moral.
Menurut Dr. Adian Husaini dalam bukunya pendidikan islam: membangun manusia yang berkarakter dan beradab, pendidikan islam adalah salah satu bentuk amal nyata dalam berjihad di jalan Allah dalam aktivitas dakwah dan menyiapkan generasi yang unggul. Sedangkan pengertian pendidikan menurut Mohammad Nasir adalah suatu pimpinan jasmani dan rohani menuju kesempurnaan kelengkapan arti kemanusiaan dengan arti. Namun, semua pengertian di atas pada intinya adalah membangun sumber daya manusia secara utuh baik intelektual, emosional dan spritualnya. Sehingga, membentuk manusia yang berkepribadian muslim sejati sesuai ajaran Al-qur’an dan sunnah. Dalam Al-qur’an, Allah juga menjelaskan tentang adanya pendidikan :
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-kitab (AlQur’an) dan hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi maha Bijaksana” ( Al-Baqarah : 129 ).
Pendidikan dalam Islam merupakan upaya sadar dan terstruktur serta sistematis untuk menyukseskan misi penciptaan manusia sebagai hamba Allah dan Khalifah Allah dimuka bumi. Itulah tujuan pendidikan dalam Islam. Asasnya adalah akidah Islam. Asas ini berpengaruh dalam penyusunan kurikulum pendidikan, sistem belajar mengajar, kualifikasi guru, budaya yang dikembangkan, dan interaksi diantara semua komponen penyelenggara pendidikan.
maka dari itu, bila ingin mengembalikan generasi emas kejayaan dimasa lalu, maka mau tidak mau harus mengadopsi sistem yang diterapkan kala itu. Sistem pendidikan Islam telah membuktikan generasi unggul tidak lahir dari sekularisme. Generasi unggul hanya lahir dari sistem yang berlandaskan akidah Islam. Wallahu a’lam bi ash showwab